Sabtu, 18 Mei 2013

Peninjauan lapangan ke tempat rencana Politeknik Maritim Aceh Sabang, ditempat ini sudah ada lahan 7 hektar lebih yang diperuntukkan untuk Politeknik. Sayangnya tidak ada perhatian maksimal dari banyak pihak sehingga program "investasi" masa depan ini terbengkalai. (Kunjungan pada 19/1/2011)
Selesai Gotong Royong bersama KNPI Kota Banda Aceh, Sandi KODAM IM dan warga Gampong Pande, Jum'at 19 April 2013.

Kamis, 16 Mei 2013

Ingin Berkebun di Kebun Nilam


Kebun Nilam, kami mengunjunginya pada Sabtu 11 maret 2013. Bersama Bapak tercinta M. Hasan Husin dan ananda Arief Sultan Diradja dan Agha Kaisar Andalusia kami mengujungi Kebun Kopi. Kami berencana mewujudkan sebuah impian Bapak dan Ibunda (Rosmawar) akan sebuah rumah kecil tempat menetap. Sebuah rumah yang bisa berfungsi sebagai "Villa Gubug", saya dan Isteri (Diana) dan adek Maya bertekad menghadirkannya, tidak hanya tempat kami singgah sambil menikmati udara segar dan suara-suara alam tetapi juga tempat menemani Bapak dan Ibunda untuk berkebun. Sebagai pensiunan Guru, cita-cita Bapak dan Ibu sangat sederhana, bisa berkebun dan melanjutkan cita-cita Abusyik dulu, berkebun untuk melanjutkan hidup.
Posted by Picasa

Panen Padi di Tangse (Mei 2013)

 Ingin menikmati panen padi pada sabtu pagi, tapi hujan deras yang terus turun membuat jadwal panen bergeser, akhirnya minggu kami kembali ke Banda Aceh. (10 Mei - 12 Mei 2013)
Posted by Picasa

Penghijauan di TPA Gampong Jawa/Pande (DPD KNPI Kota Banda Aceh-KODIM 0101-PEMKO)
Kegiatan Penanaman Pohon Bersama KNPI - Kodim 0101/BS dan Pemerintah Kota Banda Aceh di Kawasan TPA Gampong Jawa/Pande pada 25 April 2013.

Rabu, 15 Mei 2013

Titik Nol Banda Aceh

Hari Ulang Tahun Kota Banda Aceh ke-808, DPD KNPI Kota Banda Aceh melaksanakan Wisata Titik Nol pada 22 April 2013 di Tugu Titik Nol Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja Kota Banda Aceh

Senin, 13 Mei 2013

Gampong Pande, "Syiar" Tuan Dikandang dan "Misteri " Putro Ijo
(Citizen Reporter / Hasnanda Putra)

Sabtu (6/4) terasa istimewa, tanpa terencana sebelumnya kami melanjutkan perjalanan sore ke sebuah tempat yang tidak biasa. Bersama dua putra tercinta Arief Sultan Diradja (7) dan Agha Kaisar Andalusia (4), kami menjemput sahabat Wirzaini Usman Al-Mutiarai (Humas Pemko) di Balaikota Banda Aceh. Jam di hp menunjukan 17.00 Wib, kenderaan kami meluncur ke arah TPA Gampong Jawa, Kecamatan Kutaraja. Setelah melewati jalan berbelok sekitar tempat akhir sampah dari kota dan Aceh Besar ini, kami berhenti tepat dipinggiran Krueng Aceh diujung dekat kuala. Sebuah pemandangan yang lumayan indah karena lalu lalang boat nelayan, biarpun diarea lahan diluar pagar TPA berdiri beberapa bangunan kayu milik warga. Sebuah tugu atau prasasti tegak berdiri disebelah kiri. Kami berhenti menarik nafas sesaat, termasuk putra saya Sultan. Sebuah kata-kata terpahat diprasasti ini, "Disino asai muasai mula jadi kuta Banda Aceh teumpat geupeudong keurajeun Aceh Darussalam le Soleuthan Johansyah bak uroe phon puasa Ramadhan thon 601 hijriah (disini cikal bakal kota Banda Aceh, tempat awal mula kerajaan Aceh Darussalam didirikan oleh Sultan Johansyah pada 1 Ramadhan 601 H / 22 April 1205 M) Aduhai inilah tempat mula berdiri kota ini.
Seorang bapak separuh baya yang kami temui disekitar tugu memberitahu kami kalau lahan ini masuk Gampong Pande, kami pun tidak menyangka kalau TPA yang melekat Gampong Jawa dibelakangnya juga masuk ke wilayah Gampong Pande. 

Ada yang lebih disini?

Gampong Pande sebuah kawasan situs sejarah yang nyaris luput dari amatan publik. Biarpun jaraknya dengan pusat kota tak lebih dari 2 KM. 

Beberapa naskah sejarah seperti Atjeh-Nederlandsch Woordenboek menyebutkan bahwa lingkungan kerajaan utama atau istana itu disebut dengan Gampong Pandee atau Gampong Pande Meunasah Kandang.

Lingkungan dalam istana itu mencakup Gampong Pande, Gampong Jawa, Peunayong, Lambhuk, Leung Bata, Lamseupeung, Ateuk, Batoh, Baro, Keudah, Peulanggahan dan Pasar Meuseujid Raya.

Gampong Pande juga merupakan pusat penyebaran Agama Islam pada tahun 510 H (1116 M). Seorang ulama besar bermukim disini yaitu Syaikh Abdurrauf Tuan Syaikh Bandar al Muqallab Tuan di Kandang dan putranya bernama Sultan Johan Syah yang menjadi raja di Gampong Pande. Sebuah Mesjid kecil berdiri tidak jauh dari makam, Mesjid Tuan Dikandang, mungkin warga memberi nama untuk mengenang perjuangan syiar beliau atau bisa jadi disini tempat dulu bangunan mesjid didirikan oleh ulama besar ini.

Gampong Pande menjadi pusat kerajaan dibangun oleh Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu/Budha Indra Purba dengan ibukotanya Bandar Lamuri.

Sudah tidak terhitung Arkeolog meneliti di Gampong Pande. Bahkan banyak makam-makam yang sudah tertanam lumpur. Tidak terawat dan tidak ada keterangan makam.

Kami pun kemudian mengunjungi makam-makam Raja di Gampong Pande, TPA yang luas dan bau yang tidak begitu menyengat sesungguhnya adalah pemandangan miris, penumpukan sampah dibangun diatas bekas istana kerajaan Aceh Darussalam. 

Beberapa menit kemudian kami sampai di Makam Tuan Dikandang, ulama besar yang menjadi penyebar Islam di kerajaan Aceh. Deretan makam terlihat tertata dan terawat. Diantara sekian banyak makam kami melihat sebuah makam dengan batu nisan yang besar, batu nisan dibalut kain putih, kami memastikan inilah makam Tuan Dikandang.

Disamping makam Tuan Dikandang, ada beberapa makam lain terjepit diantara rumah penduduk, dipapan nama tertulis makam-makam Raja Gampong Pande, makam-makam para raja dan hulubalang istana kerajaan Pande. Uniknya makam-makam diselingi oleh rumah-rumah penduduk, ada dapur dan wc rumah warga yang berbatasan pagar dengan makam para raja. Ada yang menjemur pakaian dipagar-pagar makam, semoga tidak ada yang membuang sampah ke makam-makam. 

Kami masih mencari dimana "track" menuju situs-situs yang berserakan dipohon bakau, sebuah jalan dari jembatan kayu yang dibangun Pemko Banda Aceh. Kami berputar-putar mencarinya, dua tiga warga yang kami tanya tidak mengetahuinya, aneh juga rasanya. 

Kami memutuskan pulang, tetapi tiba-tiba ketika melewati deretan kuburan raja-raja Pande kami melihat sebuah lorong yang juga terdapat makam. Bergegas kami bergerak ke arah itu. Subhanallah, kami tidak menyangka, bukan hanya menemukan makam Putroe Ijoe yang "penuh misteri" tetapi seorang bapak yang ternyata penjaga makam. Bapak Zaini, itulah seorang pria tua yang kami temui sedang membersihkan makam Putro Ijoe. 
Siapa Putro Ijo, menurut sebuah sejarah beliau adalah putri dari negeri Deli, tapi kebenarannya juga belum bisa dibuktikan, karena tidak ada catatan sejarah tentang Putro Ijo. 

Pak Zaini mengaku dia yang diberi tugas merawat dan menjaga ketiga makam tersebut oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumut – Aceh, yaitu makam Putro Ijoe, komplek makam raja-raja Pande dan makam Tuan Dikandang. Kami pun menyapanya, dari beliau juga kami diberitahu arah "track" jalan jembatan kayu menuju hutan bakau. Jalannya tidak bisa dikendarai mobil, menurut beliau jembatan kayu tersebut dapat ditempuh beberapa puluh meter dari makam Tuan Dikandang, beliau berjanji akan menemani kami ke sana termasuk mengunjugi kembali makam-makam tersaebut sambil bercerita, tapi bukan sekarang karena waktu makin mendekati magrib.

Kami pun sepakat kalau Allah memberi umur panjang, pada 22 April 2013 saat Banda Aceh berumur 808 tahun beliau akan mendampingi kami mengujungi situs-situs sejarah di Gampong Pande. Sebuah wahana situs bersejarah yang bertebaran, itulah Gampong Pande tempat asal muasal Ibukota Provinsi Aceh. Anda mau mengunjunginya, inilah saatnya ziarah wisata diulang tahun kota. Selamat ulang tahun ke-808 Kota Banda Aceh. (Hasnanda Putra